Selasa, 23 Februari 2010

Air Tawar Segar di Kedalaman Samudera



Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara televisi "Discovery" pasti kenal
Mr.Jacques Yves Costeau. Ia seorang ahli kelautan (oceanografer) dan ahli selam
terkemuka dari Perancis.

Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar
samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam
bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia
menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena
tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada
dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat penasaran Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari
tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai
berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktu
pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban
yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al-Qur'an tentang
bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan
Terusan Suez. Ayat itu berbunyi "Marajal bahrayni yaltaqiyaan, baynahumaa barzakhun
laa yabghiyaan..." artinya "Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas
yang tidak bisa ditembus." Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain
itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tidak bercampur
airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar
dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari
surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi "Yakhruju minhumaa lu'lu`u wal marjaan"
artinya "Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al-Qur'an
ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat
belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di
kedalaman samudera.


Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya
terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al-Qur'an memang sungguhsungguh kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Dengan seketika ia pun memeluk Islam. Allahu Akbar...! Mr. Costeau mendapat hidayah
melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung.

Shadaqallaahul `Azhim.

Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi
yang dikaratkan oleh air." Bila seorang bertanya, "Apakah caranya untuk menjadikan
hati-hati ini bersih kembali?" Rasulullah s.a.w. bersabda, "Selalulah ingat mati dan
membaca Al-Qur'an."

"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi." (Q.S Al Furqan:53)

Sumber: Majalah Percikan Iman, Edisi 4 Tahun II

1 komentar:

Terimakasih ArtikeL nya . . .

Posting Komentar

Al-Qur'an, Fushshilat: 46 "Whosoever does righteous good deed, it is for (the benefit of) his own self; and whosoever does evil, it is against his own self. And Your Lord is not at all unjust to (His) servants."

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More